Psikologi Pendidikan tentang Metode Belajar dan Usia Anak
PSIKOLOGI PENDIDIKAN:
Rentang Usia, Jenjang Pendidikan, Metode
Pembelajaran
Disusun Oleh:
Setiap anak memiliki tahap-tahap
perkembangan yang harus dicapai dalam setiap rentang usianya. Pendidikan dan
psikologis berperan penting dalam membantu mencapai tahap-tahap perkembangan
anak. Interaksi antara tenaga pendidik dan anak akan membentuk pola belajar
pada anak tersebut. Oleh karena itu diperlukan metode belajar yang berbeda pada
setiap anak, berbeda usianya maka berbeda pula cara mengajarnya. Indonesia
memiliki 4 Jenjang Pendidikan, yaitu: PG/TK, SD, SMP, dan SMA.
Taman kanak-kanak (bahasa Inggris: kindergarten), disingkat TK, adalah jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
- TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
- TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
- Aspek Perkembangan Kognitif
Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
- Aspek Perkembangan Fisik
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225)
- Aspek Perkembangan Bahasa
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosa kata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
- Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Anak pada masa ini bila sudah merasa
mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila
lingkungan tidak member kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak
akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt
(berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu
keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu
dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan
rasa rendah diri.Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak-anak pada usia prasekolah memiliki cirri khas yaitu bermain. Metode pembelajaran melalui bermain adalah metode belajar yang paling tepat digunakan untuk PG/TK. Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang positif bagi anak, karena terkandung bermacam-macam fungsi dalam pengembangan kemampuan fisik, motorik, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial.
- Untuk mengembangkan stimulasi kreativitas pada anak, tenaga pendidik dapat memberikan waktu luang pada anak. Biarkan anak menggunakan imajinasinya untuk mengeksplorasi dunia kecilnya.
- Untuk mengendalikan emosi anak, tenaga pendidik dapat membicarakan ketakutan anak itu, memberinya rasa aman, serta membantu anak dalam mengendalikan emosinya.
- Untuk mengendalikan sosial anak, tenaga pendidik dapat melibatkan anak dalam suatu kelompok sehingga anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain, belajar bekerja sama, dan melatih kemampuan sosialnya dalam memahami apa yang benar dan apa yang salah serta memahami sudut pandang orang lain.
- Untuk pemahaman gender, tenaga pendidik harus memberikan pendekatan kepada anak tentang perbedaan biologis anak perempuan dengan anak laki-laki.
Tenaga pendidik dapat melakukan hal-hal di bawah ini dalam mengajar anak-anak:
- Belajar melalui bernyanyi, dengan bernyanyi dapat membantu mengembangkan rasa percaya diri pada anak, mengembangkan daya ingat anak, dan kemampuan bahasa anak.
- Belajar melalui bercerita, tenaga pendidik dapat memanfaatkan nilai-nilai positif dari cerita untuk mengembangkan pengetahuan sosial anak, menambah nilai moral dan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun (masa kanak-kanak akhir). Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Sehubungan dengan rentang usia tersebut, adapun beberapa ciri peserta didik pada tahapan ini (kanak-kanak akhir) adalah sebagai berikut:
- PERKEMBANGAN FISIK
Anak-anak tumbuh sekitar 5-8 cm tiap
tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan berat badan meningkat kira-kira
dua kali lipat selama pada masa ini. Anak perempuan mempertahankan sedikit
lebih banyak lapisan lemak daripada anak laki-laki, suatu karakteristik
yang akan bertahan sampai masa dewasa.
Otak
Merupakan perkembangan
yang terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Otak dan kepala
merupakan bagian yang tumbuh paling cepat. Meningkatnya ukuran otak disebabkan
oleh peningkatan jumlah dan ukuran syaraf-syaraf dalam, dan diantaranya
bagian-bagian otak. Peningkatan ukuran otak disebabkan oleh peningkatan
mielinisasi yaitu proses dimana sel-sel syaraf dilapisi dan diisolasi oleh sebuah
lapisan sel-sel lemak, efeknya dapat meningkatkan kecepatan dan ketepatan
penyaluran informasi melalui system syaraf. Mielinisasi penting bagi
pendewasaan anak, peningkatan kematangan otak dikombinasikan untuk memperoleh
pengalaman dan pemunculan kemampuan kognitif.
Perkembangan Motorik Kasar
Contohnya seperti kemampuan anak untuk
duduk, berlari, dan melompat. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota
tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan
motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan
setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda
dengan anak lainnya.
Perkembangan Motorik Halus
Adapun perkembangan motorik halus
merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau
sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi
oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis,
menggunting, dan menyusun balok, termasuk contoh gerakan motorik halus.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget (1952) masa kanak-kanak
adalah masa pra operasional. Anak-anak prasekolah membentuk konsep yang stabil,
dan mereka memulainya dari akal, tetapi pikiran mereka rusak karena egosentris
dan sistem kepercayaan magis. PENDEKATAN PIAGET: OPERASIONAL KONKRET
Terbentuk kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkrit, dan berpikir secara logika selama dapat diaplikasikan secara spesifik ataupun contoh yang spesifik. Ingat bahwa operasi adalah tindakan mental yang bersifat reversibel, dan operational concrete dapat diaplikasikan secara nyata, benda-benda konkrit.
Anak yang telah mencapai tahap concrete operational juga mampu dalam seriation, dimana kemampuan tersebut mampu menstimulasi sepanjang dimensi kuantitatif (contohnya panjang). Seperti contoh, seorang guru meletakkan 8 buah tongkat dalam ukuran panjang yang berbeda dan guru meminta mereka untuk mengurutkannya. Namun, anak–anak mengurutkannya berdasarkan ukuran ‘besar’ dan ‘kecil’ daripada mengurutkannya sesuai ukuran. Seharusnya pengurutannya berdasarkan dari pendek ke panjang.
C. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa adalah sebuah sistem komunikasi
yang terdiri atas kata-kata dan simbol-simbol yang digabungkan dalam suatu
aturan dan digunakan untuk menghasilkan pesan dalam jumlah tak
terbatas Anak-anak dapat menggunakan bahasa untuk mempengaruhi perilaku
orang lain, untuk mengeksplorasi dan belajar tentang lingkungan mereka, dan
untuk diri dari kenyataan dengan menggunakan imajinasi mereka.Bahasa membantu anak untuk mengatur
persepsi dan pemikiran, mengendalikan tindakan mereka, dan bahkan untuk
memodifikasi emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dalam proses belajar
pada perkembangan anak adalah pengembangan komunikasi komunikatif dimana
anak-anak mengalami kemampuan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan niat
dalam cara yang berarti dan budaya. Komunikasi didefinisikan ke dalam dua
proses yaitu kita mengirim dan menerima pesan kepada orang lain.
Metode Belajar Untuk Anak SD (Anak-AnakAkhir)
Berdasarkan perkembangan usia anak-anak akhir tersebut maka kita harus memilah metode mana saja yang tepat untuk usia 6-11 tahun tersebut, diantaranya :
Metode “chungking”
Metode chungking adalah metode yang memudahkan siswa dalam mengingat sesuatu. Misalnya mengingat sederet kata: sapi, rumput, lapangan, tennis, air, anjing, danau. Dalam hal ini siswa bisa mempergunakan metode chunking untuk mengingat kata tersebut, yaitu : “SAPI terlihat makan RUMPUT disamping LAPANGAN TENIS. Setelah itu ia meminum AIR yang tidak jauh dari ANJING yang sedang memandang DANAU di seberang.”
Metode chungking adalah metode yang memudahkan siswa dalam mengingat sesuatu. Misalnya mengingat sederet kata: sapi, rumput, lapangan, tennis, air, anjing, danau. Dalam hal ini siswa bisa mempergunakan metode chunking untuk mengingat kata tersebut, yaitu : “SAPI terlihat makan RUMPUT disamping LAPANGAN TENIS. Setelah itu ia meminum AIR yang tidak jauh dari ANJING yang sedang memandang DANAU di seberang.”
Cara yang efektif dalam metode ini adalah banyak
bertanya. Apabila guru sudah banyak memberikan instruksi kepada siswa untuk
menghafal sesuatu, siswa harus diberi pertanyaan yang banyak terkait dengan
materi yang dipelajari. Ini dilakukan untuk mengetahui letak kesulitan siswa
dalam menghafal sehingga guru bisa langsung membantu permasalahannya tersebut.
Metode Belajar Kolaboratif
Metode belajar kolaboratif ini adalah kegiatan belajar
dimana siswa SD dibagi dalam beberapa kelompok dan bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah untuk menempuh suatu tujuan. Metode belajar kelompok ini
juga bermanfaat dalam mengasah kemampuan sosial anak, bekerja sama dengan teman
yang lain, dan menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok. Metode ini dapat juga
mengasah kemampuan komunikasi komunikatif anak.
Metode Alat Peraga dan Contoh Konkret
Mengacu pada Piaget, bahwa anak usia 6-11 tahun berada
dalam tahap operasional konkret bahwa anak akan menangkap objek secara nyata
dan benda-benda konkret maka menggunakan alat peraga dan simbol adalah alat
bantu yang baik untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru.
Misalnya, dengan mempraktikkan gaya pegas dengan langsung membawa ketapel, atau
menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan sempoa.
Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, bahasa Inggris: junior high school)
adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah
menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas
9. Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa.
Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah
kejuruan (atau sederajat).
Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia,
setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar,
yakni sekolah dasar (atau
sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Dengan kata lain peserta didik pada jenjang ini adalah kalangan remaja,
terutama remaja awal.
Remaja atau adolescence bersal dari bahasa latin
“adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis. Remaja juga dapat didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi
yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Ada dua pandangan
teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan
oleh Psikolog G.Stanley Hall : Adolescence is atime of “strom and stess”.
Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu
masa dimana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emossional
pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang
bersangkutan, serta dapat menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal
ini Sigmund freud dan Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja
penuh dengan konflik. Menurut teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa
yang penuh dengan konflik. Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13
tahun-17/18 tahun), remaja akhir (17/18 tahun-21/22 tahun).
1) Ciri fisik:
v Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat
cepat/pesat.
v Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kali
kurang seimbang.
v Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region,
otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi
kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada
laki-laki).
2) Ciri Psikomotor :
v Gerak-gerik tampak canggung dan kurang
terkoordinasikan.
v Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3)
Ciri Bahasa:
v Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai
tertarik mempelajari bahasa asing.
v Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung
segi erotik, fantastik, dan estetik.
Perkembangan remaja terlihat dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
A. Perkembangan Biologis
Perubahan fisik seperti pubertas merupakan hasil
aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang
sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan
serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
B.
Perkembangan Psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis
perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa
remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
C. Perkembangan Kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan
berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang
merupakan ciri periode konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan
tentang hal yang akan terjadi. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang
bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Kecakapan dasar intelektual
menjalani laju perkembangan yang terpesat dan cepat. Kecakapan dasar khusus
(bakat) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
D. Perkembangan Moral
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari
dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan
sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis seorang remaja mulai mengiuji
kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari-hari oleh para pendukungnya.
E.
Perkembangan Spiritual
Seorang remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpirasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati,
berfilosofi, dan berfikir secara logis. Kemudian mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertakan secara kritis dan skeptis.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan
adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. Dan masih mencari dan
mencoba menemukan pegangan hidup.
F.
Perkembangan Sosial
Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari
dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan
keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat
terhadap teman dekat dan teman sebaya.
- Lima kebutuhan dasar ( fisiologis,rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
- Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam waktu yang cepat.
- Kecenderungan-kecenderunganarah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
- Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.
Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja
yang menurut ahli perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari
identitas.jadi menurut pendapat ahli tersebut dapat ditarik beberapa metode
yang cocok digunakan untuk siswa smp
Metode pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah
terjadi seperti guru memberikan materi berupa ceramah,kemudian guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika tidak ada siswa yang bertanya maka
guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya menjadi tertarik untuk
bertanya
Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan
teman teman sebayanya,jadi naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru
untuk menunjang pembelajaran
Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang
berkembang kemudian guru bisa mengajak siswanya untuk menyelesaikan
permasalahan secara bersama-sama
Masa SMA adalah masa transisi
dari usia remaja menuju kedewasaan awal, sehingga logika orang dewasa bagi anak
usia SMA sudah masuk dalam frame berpikirnya. Di saat yang sama pada
usia SMA, seorang remaja masih belum punya beban dan tekanan sebagaimana
layaknya orang dewasa. Adapun beberapa ciri seseorang pada tahapan ini ialah:
- Seorang siswa SMA biasaya ada pada tahap Remaja Akhir ( 16-19 tahun)
- Manunjukkan pengungkapan kebebasan diri
- Lebih selektif mencari teman
- Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
- Mulai dapat mewujudkan perasaan cinta
- Berpikiran abstrak
Perkembangan Biologis
Perubahan fisik (pubertas) sebagai hasil
aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik tampak
pada pertumbuhan peningkatan fisik serta perkembangan karakteristik seks
sekunder.
Perkembangan Psikologis
Sifat kritis sebagai bentuk perkembangan
pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa ini mereka
mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
Perkembangan Kognitif
Kemampuan berfikir abstrak mencapai
puncaknya. Remaja tidak dibatasi lagi dengan kenyataan dan aktual yang konkret,
remaja juga memerhatikan kemungkinan yang akan terjadi.
Perkembangan Moral
Dalam memperoleh autonomi dari orang
dewasa, remaja harus menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
Perkembangan Sosial
Remaja harus membebaskan diri mereka
dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi
yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.
Perkembangan Seksual
Peserta didik pada usia sekolah menengah
(masa remaja) berusaha secara total menemukan satu identitas, berupa
perwujudan orientasi seksual yang tercermin dari hasrat seksual, emosional,
romantis, dan atraksi kasih sayang kepada anggota jenis kelamin yang sama atau
berbeda atau keduanya. Seseorang peserta didik yang tertarik pada anggota jenis
kelamin lain disebut heteroseksual. Sebaliknya, seseorang yang terterik pada
anggota jenis kelamin yang sama disebut homoseksual
Model pembelajaran yang di maksud adalah bentuk pembelajaran yang terdeskripsikan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khusus oleh tenaga pendidik, yang merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran dan beberapa yang disarankan pada tahap / jenjang pendidikan SMA, namun diantaranya yang belakangan ini cukup menarik yang sempat merupakan kurikulum pengajaran SMA tahun 2013 silam, adalah sebagai berikut:
- Observasi/Pengamatan
- Mengajukan pertanyaan
- Mengajukan hipotesis/dugaan, mengasosiasi atau melakukan penalaran.
- Mengumpulkan data yang terakait dengan hipotesa atau pertanyaan yang diajukan/memprediksi dugaan
- Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
- Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema.
- Problem Statement (mengidentifikasi masalah); menemukan permasalahan menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
- Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi, melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
- Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
- Verification (memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya menjadi suatu kesimpulan.
- Generalization (menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
- Orientasi pada masalah; masalah yang menjadi objek pembelajaran yang diamati.
- Melakukan pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai pertanyaan terhadap masalah kajian.
- Penyelidikan secara mandiri maupun kelompok; melakukan percobaan untuk memperoleh data dalam menyelesaikan masalah yang dikaji.
- Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
- Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah;
- Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
- Mendesain perencanaan proyek
- Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
- Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
- Menguji hasil
- Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan model pembelajaran diatas, beberapa metode yang dapat digunakan adalah:
- Diskusi
- Eksperimen
- Demonstrasi
- Simulasi
Thanks infonya. Oiya, saya nemu artikel menarik nih yang ngebahas tentang kesalahan terbesar yang kerap dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya seputar keuangan. Ini informatif banget sih, apalagi yang ngomong miliarder kenamaan Warren Buffett. Cek langsung disini ya: Kata Warren Buffet, ini kesalahan terbesar orang tua dalam mendidik anak tentang keuangan
BalasHapus